73_Aliran Akhir Zaman

73_Aliran Akhir Zaman

Senin, 18 Januari 2016

Fakta seputar Gafatar, Gerakan Fajar Nusantara

Petugas membawa wanita berinisal V yang diduga perekrut dokter Rica dalam organiasasi Gafatar di Polda DIY, DI Yogyakarta, Senin (11/1).

Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) mencuat setelah dokter Rica Tri Handayani menghilang dan diduga pernah mengikuti organisasi ini. Dokter Rica bersama anaknya dilaporkan hilang sejak 30 Desember 2015 dan ditemukan di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, Senin (11/1/2016).
Rica dijemput kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta di Bandara Iskandar Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. "Kondisi dokter Rica masih syok, belum bisa dimintai keterangan," kata Kapolda DIY Brigadir Jenderal Erwin Triwanto dilansir Okezone.
Kepolisian belum mendapatkan keterangan mengenai alasan kepergian dokter Rica yang meninggalkan suaminya, dokter Aditya Akbar Wicaksono. Aditya, tengah mengambil spesialis ortopedi FK UGM-RSUP Sardjito, Yogyakarta. Dokter Rica tiba-tiba menghilang dan hanya meninggalkan secarik kertas berisi tulisan minta izin ke suaminya untuk berjuang di jalan Allah.
Kabar menghilangnya Rica memunculkan spekulasi bahwa dokter ini bergabung dengan kelompok radikal ISIS. Wacana ISIS buyar setelah Rica ditemukan di Kalimantan.
Setelah ISIS, muncul lagi Gafatar. Polisi, melalui keterangan dari suaminya, mengungkapkan Rica sudah aktif bergabung dengan Gerakan Fajar Nusantara Yogyakarta sejak kuliah.
"Benar, dr Rica dulu sempat aktif sebagai anggota Gafatar saat masih kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di sini," kata Direskrimum Polda DIY, Komisaris Besar Hudit Wahyudi dikutip Merdeka.com.
Apa itu Gafatar?
Gerakan Fajar Nusantara merupakan organisasi yang mengklaim bergerak di bidang sosial dan budaya. Deklarasi Gafatar dilaksanakan pada Sabtu 21 Januari 2012 di gedung JIEXPO Kemayoran, Jakarta.
Gerakan ini memiliki wadah dalam situs Gafatar.org. Situs yang terdaftar sejak 2011 masih berlaku hingga Oktober 2016. Visi, misi, tujuan dan program kerja organisasi kemasyarakatan ini sama sekali tak menyebutkan nama satu agama.
Dalam dasar pemikiran Gafatar dituliskan bahwa bangsa Indonesia disebut belum merdeka seutuhnya dari sistem penjajahan neokolonialis dan neoimperialis.
"Kenyataan ini membuat kami menjadi terpicu untuk berbuat. Tak bisa duduk diam tanpa melakukan apa-apa untuk kemajuan dan kejayaan bangsa."
Beberapa kegiatan Gafatar seperti donor darah sampai napak tilas memperingati hari Pahlawan 2012. Namun, Gafatar mendapat penolakan warga karena dianggap aliran keagamaan sesat.
Ketua Umum Gafatar, Mahful M. Manurung dalam pidato pembukaan Rakernas III di Gedung Balai Sudirman, Kamis (26/2/2015) menyatakan organisasi ini tak akan berevolusi menjadi organisasi keagamaan.
"Masalah keagamaan bukanlah menjadi ranah kerja GAFATAR. Urusan agama kita serahkan kepada ahlinya dan pribadi masing-masing," katanya.
Tudingan aliran sesat
Gafatar dituding sebagai perpanjangan dari sekte Al-Qiyadah al Islamiyah, Komunitas Millah Abraham (Komar), pimpinan nabi palsu Ahmad Mushaddeq sejak awal kemunculannya. Walhasil, deklarasi Gafatar pada 2012 di sejumlah wilayah ditentang warga setempat, seperti di Kota Solo, Yogyakarta dan Gowa, Sulawesi Selatan.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Gafatar Jawa Tengah, HS Cakraningrat, mengatakan organisasinya bergerak di bidang sosial, budaya dan ilmiah.
"Kami dituding berafiliasi dengan aliran sesat, itu tidak benar. Dulu kami pernah disusupi, tapi sudah dilakukan pembersihan. Kami ini Ormas yang bergerak melestarikan budaya Indonesia," katanya.
Gafatar terus berkembang, tetapi penolakan dari warga pun bermunculan. Pada Rabu (7/1/2015), puluhan warga Krueng Barona Jaya, Aceh Besar bersama polisi menggerebek Kantor Gafatar yang baru sebulan dibuka di Desa Lamgapang.
Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Provinsi Aceh telah mengeluarkan fatwa bahwa Gafatar beraliran sesat. Pengurus Gerakan Fajar Nusantara Aceh diadili di Pengadilan Negeri Banda Aceh dengan tuduhan menyebarkan aliran sesat.
Di beberapa daerah, Gafatar pun divonis sebagai aliran sesat. MUI Maluku Utara menghentikan seluruh kegiatan Gafatar sejak 27 Maret 2015. Organisasi yang terdaftar di Pemerintah Provinsi Maluku Utara pada 2012 itu dianggap mengajarkan berbagai aliran yang bertentangan dengan nilai Islam, di antaranya melarang orang menunaikan salat, zakat, dan puasa.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) masih mengkaji fatwa tentang Gafatar meski beberapa daerah sudah menyebutnya aliran sesat.
"Nanti kita rumuskan bentuk fatwanya. Saat ini sedang mengumpulkan data dan observasi lapangan. Jadi saya belum bisa mengatakan bahwa seluruh Gafatar adalah pecahan Al Qiyadah Al Islamiah," kata Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, KH Cholil Nafis dikutip Detik.com.
Kaitan dengan NII dan organisasi ilegal
Pengamat teroris, Al Chaidar mengatakan, Gafatar merupakan hasil dari metamorfosa Milah Abraham yang dipimpin oleh Ahmad Mussadeq, lalu berkembang lagi menjadi NII atau lebih dikenal dengan KW9 hingga terbentuklah Gafatar.
Keterkaitan dengan NII inilah yang menyebabkan izin dari Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri tak kunjung keluar. Dilansir Detik.com, Gafatar pernah mendaftar melalui surat no 01/Setjend/dpp/x/2011 tanggal 2 November 2011.
"Tapi ditolak karena pertimbangan diidentifikasi terkait dengan gerakan NII," kata Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum, Kemendagri, Mayjen (Purn) Soedarmo.
Soedarmo menjelaskan, berdasarkan saran dari berbagai kementerian dan lembaga, termasuk BIN, memang ada rekomendasi untuk menolak Gafatar dijadikan sebagai organisasi resmi yang terdaftar. Oleh karena itu, hingga saat ini Gafatar merupakan organisasi ilegal.
Pola perekrutan
Gafatar disebut-sebut mengintensifkan perekrutan terhadap mantan aktivis keagamaan, khususnya anak muda dengan latar belakang profesi. "Itu yang berhasil kami deteksi. Kami akan telusuri lebih jauh siapa sasaran rekruitmen Gafatar," kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charliyan.
Disebutkan Ketua Komisi Dakwah dan Pengembangan Masyarakat MUI, Cholil Nafis, Gafatar juga menyasar orang berpendidikan tinggi yang tertarik dengan agama tapi tidak mempunyai dasar pengetahuan yang mencukupi.
"Gerakan-gerakan semacam ini kan sasarannya para kaum-kaum eksekutif yang tertarik belajar agama, tapi mereka tidak mempunyai dasar pengetahuan yang cukup," kata Cholil melalui Detik.com.
Mantan pengikut Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan melalui Viva.co.id, mengatakan Gafatar dalam basis gerakannya tak jauh berbeda dengan NII.
Lembaga ini menanamkan simpatik kepada warga lewat beragam kegiatan positif seperti donor darah, pelatihan atau bimbingan belajar gratis.

Ken mengatakan propaganda berupa ketidakadilan yang diterima warga negara, menjadi rumus ampuh untuk merekrut anggota khususnya para generasi muda.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar