73_Aliran Akhir Zaman

73_Aliran Akhir Zaman

Senin, 18 Januari 2016

IJABI

Pengantar

بسم الله الر حمن الر حيم
الهم صل عل محمد والي محمد الطيبين الطا هرين

Reformasi di Indonesia seharusnya mengantarkan bangsa Indonesia kepada prinsip dasar masyarakat madani yang kita cita-citakan: Penyerahan total kepada kehendak Tuhan YME dan pemerintahan demokratis yang didasarkan pada keadilan sosial. Umat Islam yang merupakan bagian terbesar bangsa Indonesia, berkewajian untuk mewujudkan tujuan reformasi sesuai dengan prinsip-prinsip agama yang universal. Dalam hadits Nabi Muhammad saw. yang terkenal, yang diriwayatkan oleh semua mazhab dalam Islam, dua dasar utama ajaran Islam adalah Al-Qur’an dan kecintaan kepada Ahlulbait as. Islam di Indonesia, dalam proses sejarah yang panjang, telah berhasil memelihara ajaran Al-Qur’an dan kecintaan kepada Ahlulbait as. Umat Islam di Indonesia telah berusaha keras mendakwahkan, memahami, dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an yang suci dalam kehidupan mereka.

Seraya menyampaikan penghargaan yang tulus kepada para ulama Indonesia sebelumnya, kita harus mengakui bahwa kecintaan kepada Ahlulbait as. hanya diungkapkan terutama sekali dalam menyebutkan namanya dengan khidmat terutama dalam acara ritual.

Kita telah mengabaikan kenyataan bahwa Ahlulbait as. telah meninggalkan ilmu-ilmu keIslaman yang sangat kaya termasuk ilmu-ilmu tradisional dan ‘irfan. Mereka juga telah memberikan contoh sempurna tentang masyarakat madani yang dicita-citakan. Peradaban Indonesia yang telah menyerap berbagai budaya sepatutnya mendalami lebih lanjut warisan yang kaya dari SUMBER ISLAM ini.

Setelah menghayati misi suci Ahlulbait as. kami sadar bahwa sudah tiba saatnya untuk menyebarkan ajaran Ahlulbait secara terbuka khususnya kepada bangsa Indonesia dan umumnya bangsa-bangsa Asia Tenggara.

Deklarasi IJABI

Picture
Deklarasi pendirian IJABI
Sesuai dengan UUD 1945 pasal 28, yang melindungi hak semua warga negara “…untuk berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran…”, maka, para pecinta Ahlulbait as. di Indonesia dengan ini menyatakan maksudnya untuk bersatu dalam Organisasi Masyarakat (ORMAS) Nasional bernama IJABI.

Bahwa kecintaan kepada Ahlulbait as. telah menjadi titik pusat yang mempersatukan kaum muslimin apapun mazhabnya. Kecintaan kepada Allah tidak dapat dipenuhi tanpa kecintaan kepada Rasulullah Saw. dan kecintaan kepada Rasulullah Saw. hanya dapat diwujudkan dengan kecintaan kepada Ahlulbaitnya.

Selama berabad-abad ummat Islam Indonesia telah berusaha memelihara dan mengembangkan kecintaan kepada Ahlulbait as. seraya melanjutkan perjuangan untuk mempersatukan dan memperkuat barisan dengan mendirikan organisasi kemasyarakatan yang didasarkan pada keyakinan akan tauhid, nubuwwah, imamah, keadilan, serta kepulangan hamba kepada Maula-nya yang Rahman dan Rahim.

Dengan mengambil berkah pada sabda Nabi Saw., Perumpamaan Ahlulbait seperti bahtera Nuh as. (dikala taufan dan banjir). Barangsiapa menaiki bahtera itu selamat. Barangsiapa yang meninggalkannya tenggelam dan terhempas; kami membentuk Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia sebagai bahtera keselamatan kami.

Dengan ucapan bismillahi majreha wa mursaha dan dengan pancaran cahaya pencerahan dari gemintang keluarga Nabi as., kami melayarkan bahtera IJABI yang akan melindungi segenap pencinta Ahlulbait dari musuh-musuhnya, mengembangkan pemikiran secara spiritual, intelektual, dan moral, serta mensejahterahkan seluruh kaum mukminin lahir dan bathin. Pada akhirnya, kami ingin menggabungkan bahtera ini dengan bahtera-bahtera lainnya di seluruh dunia di bawah berkat dan kepemimpinan Pemilik Zaman Imam Mahdi Al-Muntazar ‘ajjala Allahu farajahu al-syarif.

Kelahiran IJABI

Picture
Silaturrahmi Ketua Dewan Syura IJABI, Dr. Jalaluddin Rakhmat kepada Presiden Gus Dur setelah Deklarasi pendirian IJABI
Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) merupakan salah satu ormas Islam (seperti halnya Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah yang telah lebih dahulu lahir). Tanggal 1 Juli 2000, Gedung Asia Afrika Bandung, yang pernah menjadi saksi sejarah berkumpulnya bangsa-bangsa Asia Afrika pada Konferensi Asia Afrika, kembali menjadi saksi sejarah lahirnya ormas baru yang mengusung semangat yang sama, pembebasan dan pencerahan. Dipimpin oleh Prof.Dr. KH. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc salah seorang intelektual muslim terkemuka Indonesia, IJABI lahir dengan maksud untuk menghimpun para pencinta keluarga suci Nabi Saw, apapun mazhabnya.

Pada periode awal, IJABI yang dipimpin oleh duet Prof.DR.KH.Jalaluddin Rakhmat, M.Sc (sebagai Ketua Dewan Syura) dan DR.Ir. Dimitri Mahayana, M.Eng (sebagai Ketua Umum Tanfidziyah) ingin menegakkan kembali semangat Asia Afrika dalam konteks pemberdayaan mustadh’afin dan pencerahan intelektual di Indonesia. Seperti dituturkan Ustadz Jalal (sapaan untuk Ketua Dewan Syura IJABI), komitmen IJABI adalah ikut serta dalam renaissance Islam dan pencerahan pemikiran umat serta pembelaan atas nasib kaum tertindas (mustadh’afin). Pencerahan pemikiran, yaitu membangun pemahaman keberagamaan yang inklusif, tidak simbolik tapi substantif, serta mendukung kebebasan berpikir dan toleransi.

Para pendiri IJABI sadar bahwa bumi Indonesia tempat di mana jutaan pecinta Ahlulbait (Keluarga Suci) Nabi Saw. berdiam adalah negeri dengan sejuta keragaman. Para pendiri IJABI juga sadar bahwa seluruh komponen yang menjadi bagian dari ke-Bhinneka-an Indonesia adalah kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan. Konsep Negara Kesatuan RI dengan seluruh kekayaan khasanahnya yang beragam (agama, suku, budaya, dan lain-lain) menjadi kenyataan historis yang tidak tergantikan.

Karena itu, di tengah euforia reformasi yang mulai melupakan nilai-nilai Pancasila, IJABI berusaha ‘mengembalikan’ Pancasila sebagai modus vivendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Seminar dan Lokakarya Nasional yang dilaksanakan IJABI bekerjasama dengan WANTANAS (Dewan Pertahanan Nasional) tentang “Pancasila sebagai modus vivendi kehidupan berbangsa dan bernegara” beberapa waktu lalu menjadi salah satu upaya IJABI untuk meneguhkan kembali komitmen tersebut.

Dalam berbagai program kerjanya, IJABI selalu berusaha mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman yang menghargai pluralitas dengan pendekatan kultural. Penekanan pada prinsip-prinsip “kemuliaan akhlak” dan penghargaan pada keragaman (pluralitas) menjadi ciri khas IJABI dalam merealisasikan berbagai programnya. Dengan pendekatan tersebut, IJABI ingin ikut serta dalam upaya membangun kehidupan keberagamaan yang toleran dan menghindari radikalisme keagamaan yang cenderung menampakkan wajah agama yang penuh kebencian dan permusuhan.

Pesan-pesan utama yang ingin disampaikan IJABI melalui berbagai aktifitasnya, tergambar dengan baik dalam 2 karya besar Ustadz Jalal (Pendiri sekaligus Ketua Dewan Syura IJABI), yaitu buku “Dahulukan Akhlak di Atas Fiqh” serta “Islam dan Pluralisme; Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan”.

Agama hanya dapat memberi kontribusi dalam menjawab berbagai problem kemanusiaan jika setiap pemeluknya kembali dan berpegang teguh pada misi utama hadirnya agama itu sendiri di tengah umat manusia. Misi pembebasan dan pencerahan, yang menjadi misi utama kehadiran para Nabi di setiap zaman, mesti menafasi seluruh aktifitas yang dilakukan oleh setiap umat beragama, apapun agamanya.

Sebagai bagian dari umat beragama, khususnya Islam, IJABI ingin menegaskan pentingnya kembali dan berpegang teguh pada kedua misi tersebut. Hanya dengan cara seperti itu, seluruh umat beragama dapat bekerjasama dalam memberikan kontribusi terbaik bagi seluruh problem kemanusiaan. Dan dengan misi kesejarahan seperti inilah, IJABI ingin berperan aktif, meski dengan segala keterbatasan dan kekurangannya. IJABI ingin melayarkan bahteranya, bergabung bersama bahtera-bahtera lainnya yang telah lebih dulu berlayar, di atas samudera luas yang penuh gelombang dahsyat, menuju kesempurnaan hidup, yang menjadi tujuan penciptaan manusia.

Karakteristik IJABI
  • Tidak berpolitik
  • Non-sektarian
  • Mengutamakan Akhlak
  • Menjunjung Persaudaraan
  • Mencerahkan Pemikiran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar